Minggu, 13 Agustus 2017

70% Khatib Jum’at di Jakarta Bawa Tema Politik ke Mimbar Demi Gulingkan Pemerintah



Dawuh Abah Luhtfi Bin Yahya saat haul di Pendopo Pasuruan pernah mengatakan, “salah satu cara memecah belah bangsa adalah dengan menanamkan doktrin anti pemerintah”. Penjelasan atas pernyataan Abah Luthfi diatas akan saya uraikan caranya.

Yang pertama adalah, sebarkan tentang kebobrokan presiden, sebarkan fitnah tentang presiden, hina presiden dan hujat presiden, via media sosial.

Cara di atas sudah banyak kita temui. Kini banyak sekali bertaburan status yang menjurus penghinaan dan hujatan terhadap simbol Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mulai dari akun cyber bayaran sampai akun religius ustadz, kiai, bahkan akun yang memiliki ponpes pun ikut-ikutan.

Itulah salah satu cara untuk menanamkan doktrin anti pemerintah yang sekarang sedang marak mereka lakukan.

Yang kedua, sebarkan tentang kebobrokan presiden, sebarkan fitnah tentang presiden, hina presiden dan hujat presiden melalui mimbar-mimbar.

Cara kedua ini pun sudah mulai marak dilakukan, bahkan selama dua bulan terakhir ini, hampir 70% khatib Jum’at (di Jakarta), membawa tema politik tentang kebobrokan pemerintah di mimbar yang harusnya meneduhkan.

Saya menganalisa, semua itu mereka lakukan karena pemerintah kita tidak mau tunduk kepada kebijakan AS dan sekutunya yang melarang Indonesia menjalin kerjasama dengan Rusia, Iran dan China, terlebih pemerintah kita tidak mau tunduk terhadap permintaan PTFI (Freeport) dan tidak takut dengan ancaman Freeport.

Perlu diketahui, awal-awal sebelum perang saudara pecah di Suriah, kedua cara di atas adalah termasuk strategi yang dilancarkan oleh kelompok teroris yang menginginkan Presiden Bassar Al-Assad tumbang.

Sekali lagi, waspadai akun-akun yang berusaha menanamkan doktrin anti pemerintah, sekalipun itu keluar dari seorang kiai yang memiliki pesantren. Pasalnya, semua itu adalah salah satu strategi memecah belah bangsa, sebagaimana dawuh Abah Luthfi. (ISNU)

Sumber : http://www.muslimoderat.net/2017/02/habib-luthfi-70-khatib-jumat-di-jakarta.html#ixzz4pduVMwiF

Selasa, 08 Agustus 2017

Zoya Dibakar Hidup Hidup, Ini Pengakuan 2 Pengeroyoknya


JAKARTA (Pos Kota) – Dua pelaku penganiayaan tukang sevis barang elektronik yang tewas dibakar hidup-hidup telah ditangkap. Keterangan keduanya diharapkan bisa untuk menangkap pelaku lainnya.
Ledua pelaku adalah SU (40) dan NA (39). Mereka ditahan di Polres Metro Bekasi.


Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, penangkapan keduanya amat penting karena bisa untuk mengembangkan kasus itu. “Kasus masih dalam penyelidikan, berapa kira-kira jumlah (pengeroyoknya). Dari dua ini aka dikembangkan kira-kira siapa lagi (yang terlibat),” ujarnya di Polda Metro Jaya, Selasa (8/8/2017).


Kepada penyidik, sambung Argo, kedua tersangka mengaku tak merencanakan pengeroyokan. “Mereka mengaku bertindak spontan karena ada yang mencuri di musolah. Kalau yang menyiram bensin, kita tunggu saja,” ucapnya.


M Azhara alias Zoya (30) tewas dibakar massa di Muara Bakti, Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, pada Selasa (1/8/2017) sore. Ia dibakar hidup-hidup karena dituduh sebagai pencuri pengeras suara mesjid

RIZIEQ SHIHAB BATAL HADIR DI ACARA MILAD, LASKAR DAN SIMPATISAN FPI KECEWA

Hasil gambar untuk rizieq shihab


Jakarta- Pimpinan Front Pembela Islam FPI resmi batal pulang ke Indonesia dari Arab Saudi pada 15 Agustus 2017 pada kompas.com (6/8/17). Pembatalan pulang ke Indonesia sekaligus memastikan ketidakhadirannya pada milad FPI ke-19.

Pernyataan Rizieq Shihab melalui pengacaranya Sugito Atmo, telah menorehkan kekecewaan terhadap pengikut setia  FPI, karena ekspektasi pengikut setia FPI  ingin acara milad ke-19 FPI ini dihadiri oleh Rizieq Shihab, dikutip dari kompas.com (2/8/17).

Seperti kita ketahui bahwa Rizieq Shihab telah tersangkut chat sex via whatsapp yang permasalahannya hingga saat ini belum terselesaikan, Absennya Rizieq Shihab ini mengancam beberapa anggota dan  loyalis FPI tidak menghadiri acara milad 19 agustus 2017 nanti yang akan diselengarakan di Gor Muara Kamal.

Padahal sebelumnya pengacara Kapitra Ampera mengatakan, kliennya diperkirakan kembali dari Arab Saudi ke Indonesia pada 15 Agustus 2017 dikutip dari  Kompas.com, Selasa (6/8/17).

Ternyata kehadirannya  batal, walaupun  Rizieq Shihab berdalih ingin hadir pada acara milad FPI, namun Rizieq Shihab kerap asik dengan kegiatannya sendiri, seolah-olah sudah melupakan organisasi yang membesarkannya.

Disisi lain harapan masyarakat atas milad FPI jika benar jadi, tidak menimbulkan huru-hara apalagi melakukan kegiatan-kegiatan pawai yang berujung anarkhis, karena biasanya acara ini dijadikan ajang unjuk kekuatan dan berakhir menggangu kenyamanan masyarakat.

Ada juga selentingan dari laskar dan anggota FPI mereka banyak yang membatalkan untuk ikut acara milad ke-19, alasannya pimpinan FPI tidak jadi datang sehingga mereka lebih memilih kegiatan di daerah masing-masing.

Novel Baswedan Dinilai Hambat Proses Penyelidikan

Hasil gambar untuk novel baswedan








JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Sikap Novel Baswedan, penyidik senior KPK yang tidak mau diperiksa membuat jajaran penyidik kepolisian jadi kesulitan untuk menuntaskan kasus penyiraman air keras dengan segera.

"Sikap Novel Baswedan yang tidak mau diperiksa polisi dan lebih suka membuat pernyataan kepada media sangat menyulitkan polisi dan menempatkan polisi pada posisi yang tidak baik," kata Komisioner Kompolnas Bekto Suprapto Selasa (8/8/2017) di Jakarta.

Menurutnya, dia mempersoalkan pernyataan Novel Baswedan melalui media massa yang menyebut ada keterlibatan oknum jenderal polisi. Menurutnya, seharusnya sebagai penyidik di KPK, Novel Baswedan terbuka kepada polisi agar dapat diproses berdasarkan hukum yang berlaku.

"Termasuk pernyataannya tentang keterlibatan oknum jenderal polisi. Ketidakpercayaan Novel kepada polisi dapat menyulitkan penyidikan yang sedang dilakukan oleh polisi, meskipun sudah bekerjasama dengan KPK," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono menyampaikan, penyidik telah berupaya memeriksa Novel Baswedan di Singapura. Namun, niatnya itu terhalang oleh sikap Novel yang tidak bersedia diperiksa oleh polisi.

Polisi juga telah meninggalkan materi pemeriksaan dalam bentuk kertas agar dijawab oleh Novel Baswedan tanpa harus bertatap muka. Namun, mantan polisi itu masih saja tidak bersedia menjawab daftar pertanyaan yang telah disusun oleh tim penyidik.

"Kita juga sudah memberikan daftar pertanyaan kepada yang bersangkutan, kita menunggu kapan diisinya. Kalau sudah dijawab kita ambil. Sampai sekarang belum ada jawaban," tutur Argo. (aim)

Sabtu, 05 Agustus 2017

Saksi Kunci Sempat Imbau Warga untuk Tak Bakar Pencuri Ampli di Bekasi

Rojali, saksi kunci.


Rojali, marbut Musala Al-Hidayah yang menjadi lokasi MA mencuri amplifier, menyaksikan detik-detik pencurian amplifier oleh MA sampai MA dikejar oleh massa karena kabur. Menurut penuturannya kepada kumparan (kumparan.com), dia sempat mengimbau kepada warga sekitar untuk mengamankan MA setelah tertangkap.

"Nanti ditaruh di rumah siapa atau diamankan segala macem, atau ditaruh di balai desa, yang penting orangnya aman. Jangan sampai dihakimi oleh massa," kata Rojali di Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (5/8).

Saat kejadian itu, Rojali melihat sendiri MA mengambil amplifier musala. Setelah sempat diteriaki 'maling', MA pun kabur dan warga yang sebagian besar terdiri dari anak muda ikut mengejar MA.
Warga awalnya mengira MA mencuri motor. Rojali kemudian diberitahu oleh seorang bapak yang dia tidak kenal untuk meminta tolong memberitahu kepada massa bahwa yang dicuri MA bukan motor, melainkan amplifier.

"Setelah itu ada bapak-bapak yang identitasnya tidak saya ketahui, tapi saya ingat betul dia hampiri saya (bilang) pak kalau bisa itu dikasih tahu, dia bukan maling motor gitu. Karena emang iya dia cuma ambil ampli saya," kata Rojali bercerita.

Rojali pun langsung berlari menuju kerumunan massa untuk mengklarifikasi hal tersebut. MA kemudian memegang kaki Rojali sembaari minta maaf.

"Kalau ada yang punya video silakan disaksikan, dalam konteks saya masuk ke kerumunan massa saya temuin dia. Dia langsung pegang kaki saya dan mohon maaf 'Pak mohon maaf' sambil nangis. Saya bilang 'enggak usah nyembah-nyembah', terus saya bilang ke massa dia enggak ambil motor, cuma ambil ampli, tolong jangan main hakim sendiri," paparnya.

"Karena massa sudah segitu banyaknya, ada bapak-bapak tinggi besar pakai sorban di situ, pak haji gitu, juga bilang 'jangan main hakim sendiri loh'. Saya sudah berupaya untuk melerai jangan sampai dihakimi. Kalau dia bersalah, biar hukum yang menjawab," ujarnya.

Setelah mengimbau warga, Rojali pun meninggalkan lokasi kejadian. Dia berharap warga yang mengejar MA dapat mengamankan MA dan dapat mengondisikan keadaan agar tidak terjadi aksi main hakim sendiri. Rojali kemudian pulang ke kediamannya. 

Sembari kembali ke kediamannya, dia pun menelpon Bimaspol setempat dan menceritakan seluruh kronologis kejadian kepada Bimaspol tersebut.

"Ketika saya kontak dia, saya lumayan lama juga ngasih informasi ke beliau. Sehingga beliau juga sudah kontak ke Polsek Babelan (memberitahu) ada informasi juga dari sana bahwasanya Polsek Babelan sedang meluncur," tuturnya.

Mendengar itu, Rojali merasa sedikit lega sembari berharap tidak terjadi apa-apa dengan MA yang sedang dikejar massa. Saat itu, dia mengaku cukup tenang. Apalagi dia bersedia menjadi saksi bersama dengan salah satu warga, yaitu Edi, apabila polisi membutuhkan keterangan dari mereka.
Rojali dan Edi pun sempat berbincang, bertukar pendapat agar MA dapat segera dipulangkan ke keluarganya.

"Disitu saya ngobrol 'Pak, kalau bisa dia dipulangin aja. Kan nanti malam ada acara juga'," kata Rojali sembari mengingat kembali percakapannya dengan Edi.

Memikirkan MA yang masih dikejar, Rojali kemudian menghubungi salah satu warga yang juga ikut mengejar MA. Namun dia tidak tahu jika MA dipukuli, bahkan dibakar.

"Saya enggak tahu kalau kemudian itu di seberang sudah dipukulin segala macam. Sampai kalimatnya (diceritakan) yang terakhir ketika saya sampai di rumah itu sudah dibakar saya enggak tahu. Demi Allah saya enggak tahu," ujarnya.



"Bahkan, saya terus terang saja secara pribadi mengutuk perbuatan anarkisme seperti itu. Itu perbuatan binatang, perbuatan tidak berperikemanusiaan, perbuatan orang yang tidak punya akhlak," tegasnya.

Dia yakin orang-orang yang melakukan aksi keji terhadap MA bukanlah orang-orang yang tinggal di sekitar Musala Al-Hidayah. Rojali yakin warganya tidak akan melakukan perbuatan keji seperti itu.
"Karena kemarin aja kita ada maling (curi) 3 ekor kambing enggak diapa-apain. Saya sampai kaget kalau sampai endingnya seperti ini. Dia memang ngambil ampli masjid. Tapi saya secara pribadi, secara pengurus juga sudah merelakan dan mengikhlaskan," tuturnya.

"Mudah-mudahan beliau diampuni dosanya, diterima amal ibadahnya, dan beliau di sana mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Untuk keluarga saya juga mendoakan biar keluarga Allah berikan ketabahan dan kesabaran," katanya.



Lewat kejadian ini, dia berharap agar dapat dijadikan pelajaran bagi seluruh lapisan masyarakat.
"Buat saya, sifat anarkisme seperti itu sangat tidak dibenarkan. Kalaupun dia memang salah, biar hukum kita yang menjawab, karena negara kita adalah negara hukum, bukan negara yang main hakim sendiri," tutupnya.

Kamis, 03 Agustus 2017

Agus Sebut KPK Tidak Berhak Usut Kasus Novel Baswedan








Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo menegaskan, instansinya tidak memiliki hak untuk mengusut kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.

"Kalau KPK ini kan kewenangannya di bidang korupsi. Jadi kalau pidana umum bukan, memang tidak berhak," ucapnya saat ditemui di Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Pu2sat, Kamis (3/8/2017).

Agus melanjutkan, bukan berarti KPK tidak membantu sama sekali dalam proses penyelesaian kasus. Karena, KPK sudah bekerja sama dengan penyidik memberikan data-data yang dibutuhkan.

"Kita sudah bertemu dengan Kapolri, sudah dua kesempatan. Mudah-mudahan dalam kesempatan ketiga lebih baik lagi," katanya.

Beberapa hari lalu, Presiden Joko Widodo bertemu Kapolri Jenderal Tito Karnavian, membahas kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.

Menangapi hal tersebut, Agus mengakui pihaknya telah melakukan komunikasi lanjutan dengan staf Kapolri tentang kasus tersebut.

"Dengan beberapa stafnya sudah. Jadi kalau memang pada waktunya, misalkan ingin memeriksa ke Singapura, ya kita fasilitasi. Bahkan waktu itu kan saya menjanjikan akan ikut mendampingi," tuturnya.