Jumat, 16 Juni 2017

"Fakta Politisasi Kasus Rizieq Shihab Sangat Nyata"






Jakarta. Sudah genap 52 Hari kepergian Habib Rizieq Shihab dari Indonesia, dan juga sudah 19 hari semenjak beliau di tetapkan jadi tersangka kasus chat sex WA dengan Firza Husein. Namun sang Imam Besar belum memberi tanda akan kepulanganya ke Indonesia.

Menjadikanya buronan Negara pun tidak menyurutkan tekad rizieq untuk tetap tinggal di Arab Saudi lebih lama lagi, pengacara Eggi Sudjana berdalih bahwa sang Imam Besar mendapatkan VISA UNLIMITED dari Pemerintah Arab Saudi kepada Detik.com, Senin (12/6). Lucunya kesokan harinya (13/6) pernyataan pengacara sekelas Eggi Sudjana di permalukan oleh rekanya Kapitra “Ha ha ha (tertawa), itu keliru (visa unlimited)” kepada Suara.com, Selasa (13/6/2017).

Kembali ke kasusnya, sekarang Rizieq Shihab mengatakan bahwa kasusnya dipolitisasi oleh pemerintah. Lewat pengacaranya Kapitra Ampera, rizieq shihab mengatakan kasusnya itu merupakan politik balas dendam karena kekalahan pilkada dan di penjaranya seorang Ahok (Tempo.co)

Hal ini semakin menjadikan bahwa kubu Rizieq Shihab kehabisan akal untuk menghindar dari jerat Hukum Indonesia, padahal ketika pilkada berlangsung mereka tidak segan – segan mempolitisasi masjid yang dijadikan tempat kampanye, bahkan mayat sekalipun di ancam mereka.

Politisi PDIP Eva Kusuma Wulandari sampai mengatakan “"Ahli politisasi (agama) kok takut politisasi ya?" kata Eva kepada Warta kota, Selasa (16/5/2017).

Namun saya tidak akan membahas pilkada, penulis lebih concern kepada beberapa politisi Indonesia yang secara hampir bersamaan pergi ke Arab Saudi, seperti Ketua Partai Gerindra Prabowo Subianto, anggota DPR fraksi PKS, serta Aktor Utama Pelengseran Presiden Gus Dur yaitu Amin Rais (TRIBUNNEWS.COM).

Mungkin karena yang terhormat para politisi ini takut akan berubahnya Rizieq Shihab menjadi Nazarudin ke- 2, yang tak segan membongkar semua dalang kecurangan pilkada maupun kegaduhan yang selama ini menerpa Indonesia. Jikalau sang Imam Besar sampai di tangkap Kapolisian karena perbuatanya.

Kita orang awam pun tidak mengerti apa tujuan mereka Umroh secara hampir bersamaan tersebut, namun aroma “menyusun rencana” sangat kental agar Rizieq Shihab lepas dari jerat hokum karena ditakutkan menjadi “Nazarudin II”. Atau bisa jadi menyusun rencana politis untuk menyambut 2018 yang akan di adakan Pilkada serentak dan juga Pilpres 2019. Rencana akan menggunakan masjid dan mayat untuk digunakan kembali, atau hal – hal yang berbau agama lain yang dapat di jadikan senjata untuk kepentingan politik menjijikan mereka?

Jadi siapa yang sebenarnya mempolitisasi kasus Rizieq? Pemerintah atau Rizieq itu sendiri? Gunakan kecerdasan yang kita miliki, “jangan hanya mengintip dari lubang kunci sebuah pintu yang terbuka lebar.” Penulis pamit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar